
Salah satu penyebab yang sering dijadikan biang keladi adalah korsleting listrik.
Bermula dari percikan yang mengenai bahan mudah terbakar, api kemudian membesar dan melahap seluruh bagian bodi bus.

Dari berbagai kejadian tersebut, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melihat pola mengapa kebakaran bus kerap terjadi, terutama dari masalah kelistrikan.
“Sebetulnya di beberapa kejadian itu bicara lima tahun sampai tujuh tahun yang lalu. Para karoseri ini tidak punya guideline untuk masalah kelistrikan, aturan dari Kemenhub juga belum ada saat itu,” kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono kepada Kompas.com, Rabu (21/5/2025).
Soerjanto saat itu mengumpulkan para karoseri dan memperlihatkan temuan-temuan mengenai kelistrikan.
Sejak saat itu, KNKT merekomendasikan adanya electrical load analysis, wiring diagram yang jelas, dan adanya kode untuk setiap komponen.
“Sekarang juga minta untuk disediakan sekring yang belum dipakai, cadangan, ada tiga atau berapa. Sehingga kalau mau tambah aksesori, bisa pakai yang itu,” kata Soerjanto.
Rekomendasi lain dari KNKT untuk mencegah kejadian bus terbakar adalah dengan memberikan grommet pada kabel yang melewati bodi bus.
Grommet berfungsi sebagai pelindung kabel dari besi bus, mencegah kerusakan akibat gesekan ketika bus sedang berjalan atau terkena getaran.
“Dan sekarang kejadian bus terbakar akibat kelistrikan sudah jauh sekali menurun,” kata Soerjanto.
Temuan KNKT menunjukkan bahwa bus sekarang terbakar bermula dari sistem rem yang tersangkut.
Jadi, saat bus berjalan, kampas rem menempel terus dan mengakibatkan panas ekstrem yang dapat menyebabkan ban meledak.