
Pirolisis merupakan kondisi di mana sistem pengereman tersangkut, tetapi bus masih dapat berjalan.
Gesekan antara kampas rem dan tromol menyebabkan suhu yang tinggi, sehingga tekanan dalam ban meningkat dan akhirnya meledak.

Gas yang ada di dalam ban ketika mengalami pirolisis memiliki suhu yang tinggi.
Ketika gas ini bertemu dengan bahan bakar, akan terjadi percikan api yang dapat membesar.
Ahmad Wildan, Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), menjelaskan bahwa karena pirolisis bermula dari sistem pengereman, cara pencegahannya dapat dilakukan melalui pengecekan sebelum beroperasi.
“Pertama, pastikan tidak ada kebocoran pada sistem pneumatic (rem) sebelum beroperasi. Kedua, pastikan pemeliharaan rem dilakukan dengan benar, terutama pada bagian brake chamber, slack adjuster, kampas rem, dan lain-lain,” kata Wildan kepada Kompas.com, Kamis (29/5/2025).
Selain itu, biasakan untuk tidak menyiram roda saat sedang mengalami overheat.
Efeknya, tromol dapat berubah bentuk menjadi oval, sehingga berisiko menyebabkan pirolisis ketika bus berjalan.
Soerjanto Tjahjono, Ketua KNKT, memberikan usulan agar kendaraan, baik angkutan penumpang maupun barang, memiliki kewajiban untuk menjalani program perawatan.
“Jadi, tidak menunggu rusak baru diperbaiki, tetapi sebelum rusak, khususnya pada peranti keselamatan, harus sudah dilakukan perawatan. Dengan demikian, masalah dapat dicegah,” kata Soerjanto.