
sopir truk makin kurang diminati.
Maka dari itu kegiatan logistik di Tanah Air sat ini kekurangan sopir truk. Bahkan, menurutnya pemuda generasi saat ini lebih menyukai menjadi sopir taksi online.
“Generasi yang sekarang ini lebih Lebih meminati jadi pengemudi taksi online karena paling nggak bisa pulang. Kalau jadi sopir truk itu kan jaraknya jauh, waktu kerja lama, serta waktu bongkar muatan juga tidak jelas sehingga mengurangi minat,” kata Kyatmaja pekan lalu di Jakarta.
Lookman menjelaskan, saat menjadi pengemudi taksi online lebih bebas lantaran punya waktu yang lebih fleksibel. Maka dari itu anak muda lebih menyukai profesi tersebut.
Tidak hanya itu, alasan lain mengapa profesi jadi sopir truk kurang diminati lantaran prosesnya juga cukup panjang. Misalnya pembuatan sim B2 umum yang harus bertahap, sehingga generasi anak muda kurang minat.
“Karena undang- undang kita itu bilang pengemudi truk itu harus mulai dari SIM A kemudian B1 B1 umum Kemudian B2 umum jadi itu ada proses kurang lebih sekitar empat tahun untuk jadi sopir truk,” katanya.
Namun fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, Lookman mengatakan di negara lain seperti Jepang dan Eropa juga kekurangan sopir truk. Maka dari itu dibuka lowongan pekerjaan sebagai sopir truk di negara tersebut.

“Asosia dari Jepang dan Eropa yang beberapa waktu lalu menghubungi saya dan tanya apakah ada pengemudi yang bisa dikirimkan ke sana, itu gajinya juga sangat tinggi loh Rp 50 juta per bulan, kalau di Eropa ya Kalau di Jepang Rp 25 juta per bulan. Tapi yang jadi masalah kita saja kekurangan sopir truk, bagaimana bisa kirim.” katanya.
Maka dari itu, Lookman berharap pemerintah dapat mengakselerasi program pengemudi truk. Sehingga pengemudi truk dari Tanah Air dan bisa mengisi kekosongan pekerjaan tersebut.