
Truk kontainer mengalami rem blong dan menabrak pintu tol.
Untungnya, tidak ada korban jiwa pada insiden ini. Namun, kerusakan yang terjadi cukup parah.
Sebelumnya, pernah juga terjadi kecelakaan serupa, tepatnya pada Februari 2025. Tapi, kecelakaan tersebut lebih fatal, karena memakan banyak korban jiwa.

Ketua umum Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia (Kamselindo) Kyatmaja Lookman, mengatakan, kecelakaan tersebut terjadi karena human error, seperti pada kecelakaan sebelumnya.
“Kalau saya lihat di pemberitaan, pakai transmisi gigi tinggi. Sehingga, tidak ada engine brake,” ujar Kyatmaja, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/6/2025).
“Memang kompetensi pengemudi menjadi vital ya kalau mengemudikan di daerah pegunungan berbukit yang jalannya menurun panjang,” kata Kyatmaja.

Dia menambahkan, terkait kompetensi, perlu adanya pembekalan untuk para sopir truk di Indonesia. Sebab, banyak pengemudi tersebut yang otodidak alias belajar sendiri, tidak melalui pelatihan khusus. Bahkan, kebanyakan sopir truk adalah mantan kernet.
“Kita sampai saat ini tidak ada sekolah mengemudi truk,” ujar Kyatmaja.

Menurutnya, yang ada saat ini hanya kursus singkat, selama 2-3 harian. Tentunya, hasilnya akan berbeda dengan sekolah pilot yang bisa berbulan-bulan lamanya.
“Sebenarnya, sekolah pengemudi ini bisa bekerjasama dengan perusahaan angkutan untuk tempat magang. Tapi, terkendala biaya,” ujar Kyatmaja.
Kyatmaja menambahkan, jika bisa, dia ingin ada SMK untuk pengemudi truk. Sehingga, ada program yang terstruktur untuk para pengemudi truk dan bisa menghasilkan SDM yang lebih berkualitas.